Universitas Jatinangor Oxpor
Judul Buku : Universitas Jatinangor Oxpor
Nama Penulis : Aaboy Ciseke
Penerbit Buku : Mahaka Publishing, Jalan Tamam
Margasatwa No.12 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta.
Tahun Terbit Buku :
2013
Tebal Halaman : VIII, 304 halaman

Hei, ayo bangunkan Dito. Kasihan dia 15 menit lagi
(waktu Indonesia setempat: WIS) akan melangsungkan Ujian Tengah Semester—UTS.
Dia sama sekali belum belajar. Terlebih semalaman dia malah kelayapan. Badannya
masih teramat capek. Baru pulang dari acara rutinan kampus hingga jam tiga
subuh. Parahnya lagi, hari ini, dia akan menghadapi ujian mata kuliah dari
musuh bebuyutannya “Kopral Junet” yang terkenal killer tapi clever itu. Jika
sampai Dito telat, wah, bisa-bisa dia takboleh mengikuti UTS. Alhasil, pahitnya
dia bakalan terpaksa mengulang mata kuliah tersebut tahun depan. Menyaingi
Christian Ronaldo, Wayne Rooney, Gonzalo Higuain, Fernando Torres, Mesut Ozil,
dan Lionel Messi: Hattrick.
Akan tetapi, lihatlah, sumpah enak betul anak itu
tidur. Baru kali ini Dito tidur seperti berlibur di pantai. Seseorang berteriak
di luar kamarnya. Dito masih belum bangun juga. Siapa orang tidak
berkepri-Dito-an yang tega mengganggu liburan musim panasnya di Pantai Sanur
itu? Sungguh disayangkan di negeri yang berakhlak ini jika masih ada yang
bermoral seperti itu. Wow dahsyat. Dito teperanjat mengejutkan. Ia langsung
bangkit dalam satu hitungan Kopassus. Walau matanya masih terpejam. Tertutup
oleh poni rambut unik Karen O-nya. Sungguh bepengaruh edan nama Kopral Junet di
ingatannya. Begitu nama itu diempaskan, Dito yang tertidur pulas saja langsung
bangkit sebagaimana prajurit yang dibangunkan.
Namun, seseorang tersebut yang ternyata sahabat
senasib dan sepenanggungannya, Farid, sudah beranjak meninggalkannya
terburu-buru. Dia terbirit-birit menjauhi kamar Dito. Permohonan sahabatnya pun
sepertinya taksempat ia dengar. Meninggalkan ruangan sumpek nan kotor di salah
satu pondokan mahasiswa itu. Hah ruangan?! Lho bukannya tadi cantai?? Dito berteriak murka. Ternyata dia baru sadar kalau
dirinya sedang berada di bak kamar mandi kostannya. Yang hanya beberapa meter
dari kamarnya Sesungguhnya dia sekarang, justru berada di kamar mandi umum
Pondok Prokem tempatnya mengekost. Di saluran airnya juga banyak puntung
rokoknya. Dindingnya pun berkarat dan bercak-cak tidak jelas warna aslinya. Tapi
untungnya air di sana selalu bersih dan lancar. Ya, karena langsung diambil
dari kejernihan mata air Gunung Manglayang, yang tepatnya persis di belakang
lokasi kampus Dito dan Farid kuliah: Universitas Jatinangor Oxpord (UJO).
Cerita mengenai salah satu kampus bertaraf internasional ternama di Indonesia
itu, nantikanlah kisahnya di lembaran-lembaran berikutnya halaman buku ini.
Sabar ya!? Tuhan mencintai dan mendengar semua doa orang-orang yang sabar.
Termasuk doa Anda. Berbaik-sangkalah kepada-Nya. Aamiin.
“Sialan... siapa yang ngerjain Gua?” gumamnya penuh
kekesalan dan dendam.
Sang Dito keluar dari kamar mandi itu dengan basah
kuyup. Dengan garang pula dia menghentakkan sadis pintunya yang hampir ujur
tersebut. Kemudian dengan penuh letupan emosi ia mengutuk ruang penderitaan
nista yang telah memermalukan pagi harinya. Dipandanginya pula pohon kates
(pepaya) yang berbuahnya pelit—kecil dan sedikit. Selanjutnya pohon rambutan
tua yang berbuahnya setiap lima tahun sekali, mengikuti musim pemilihan presiden katanya. Sikap mereka
inilah yang akhirnya menjadi bagian ladang pekerjaan Mang Koko. Dialah sang
penjaga dan petugas kebersihan Pondok Prokem yang amat konsisten memegang
prinsip hidupnya: “Demi kesejahteraan keluarga kami rela menjadi tukang
bersih-bersih. Bahwasanya kebersihan hati diawali oleh kebersihan
lingkungannya. Jika hati bersih, insyaAllah tidak berani korupsi.”
Dito pun mengetok dua puluh satu pintu kamar yang ada
di Pondok Prokem, termasuk kamarnya sendiri. Tapi di sana benar-benar takada
siapa-siapa. Di depan pintu kamar mereka hampir rata-rata memberikan tanda
‘Berangkat Kuliah’. Dan terakhir Dito membaca satu tanda di pintu kamar Farid.
Terlihat mencolok sekali tulisan yang ditulis rapi pada memo-book yang
tertempel di sana. Seperti inilah bunyinya:
“Eh Busuk! Sempet-sempetnya Lu baca-baca di depan
kamar Gua. Eh, buruan ganti baju, rapikan muka, terus berangkat ke kampus!! UTS
monyong…!!”
“OH, IYA!!”
Kontan Dito terperangah—terperanjat kaget, tapi hanya
ekspresi mulutnya saja yang menganga dan akan sulit tertutupnya. Dito pun
langsung beranjak ke kamarnya. Tidak lupa dengan ciri khas hidupnya.
Menggaruk-garuk poni rambutnya yang menutupi sepasang bola matanya yang lucu
seperti mata ikan buntel. Masih tetap dengan posisi mulut menganganya.
Setelah mengganti baju dengan seragam kuliahnya..
Menurutnya, ikut UTS takmusti rapi, itu takmenjamin nilainya bakal bagus,
apalagi jadi jaminan masuk surga.
Lantas Dito langsung keluar dari sarangnya. Mengunci
pintu kamarnya seperti yang tengah dikejar hantu. Diengkol dengan kasar sepeda
motor bebek tahun ‘80-annya. Setelah menyala, berangkatlah ia ke kampus UJO
dalam meninggalkan kondisi kamar yang acak-kadut. Bak Titanic yang pecah
dihantam karang es. Ah, bodo, yang penting Gua bisa UTS.
“Pak Kopral! Mahasiswa teladanmu sudah siap berangkat
dan siap pula menunjukkan kepadamu bahwa saya bisa lulus ujian UTS-mu dengan
baik dan benar. Aamiiiiiiiiiiinnn...”
Lima menit kemudian. Tapi. Perasaan ada yang ganjil
deh. Semua ruangan dikunci dengan amat rapi.
KRIKK. Krikkk. Krikkkkk...
Beberapa menit kemudian. Setelah Dito mengulangi
kata-kata itu lebih dari lima belas kali, dan dengan irama yang semakin
bertambah hitungan semakin meninggi suaranya.
“WOY!! SIAPA ITU TERIAK-TERIAK .…”
“Ditinggalkannya kampus dengan penuh duka dan lara.
Mendorong penuh was-was bekzul-nya—bebek zadul: sepeda motor bersejarah
kesayangannya—bagai maling yang hampir saja kepergok Pak Ustadz. Sementara itu,
manusia yang membalas teriakannya, yang adalah ternyata komandan satpam Sospol
UJO berdiri ganteng di depan pintu utama gedung Dekanat. Kedua matanya begitu
liar.
Dari kejauhan, dia terlihat hanya memakai sarung cap
Gajah Push Up, yang gulungan penguatnya berada di atas udel bodongnya.
Sedangkan atasannya memakai lekbong hitam bertuliskan ‘AYU TING-TING’. Lucunya
lagi, di tangan kanannya masih membawa bantal guling yang sudah tidak jelas
warna dan auranya. Mukanya pun begitu kusut, tapi seram.
Oh, maklum, dia baru mulai tidur selepas subuh tadi.
Semalaman ia bertugas menjadi kepala keamanan di acara pentas seni anak-anak
REMISI—Republik Musik Indie Sospol UJO yang didirikan oleh seniornya Dito,
Tomson dan Ed—yang diadakan di panggung teater Sospol UJO. Dan beliau sekarang
merasa terganggu sekali. Baru saja akan mau bermimpi berlibur di pantai, dan
menikmati tiduran di pasir putih yang di depannya terlihat pemandangan laut
yang tiada ujungnya. Sayang disayang,
semua itu digagalkan sepenuhnya oleh sekonyong-konyong putra gilanya Pak Slamet
yang zadul (zaman dulu) itu. Sungguh tidak ada prike-satpam-an dia!
Buku ini menceritakan tentang kehidupan mahasiswa yang
mempunyai sifat berbeda beda dari yang rajin, suka bersih bersih, sampai ,
mahasiswa yang tidak disiplin. Buku ini sangat lucu dan humoris.
Bahasa yang digunakan dalam buku ini kurang baik
maksudnya tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang benar.
Penulis : Nadya A.
Kelas / absen : XIIA6 / 09
PELAJAR SMA AL HIMAH SURABAYA
Comments
Post a Comment