Skip to main content

Universitas Jatinangor Oxpor / Nadya A. (09)

Universitas Jatinangor Oxpor

Judul Buku                  : Universitas Jatinangor Oxpor
Nama Penulis              : Aaboy Ciseke                                                      
Penerbit Buku             : Mahaka Publishing, Jalan Tamam Margasatwa No.12 Ragunan, Pasar   Minggu, Jakarta.
Tahun Terbit Buku      :  2013
Tebal Halaman            :  VIII, 304 halaman


     Hei, ayo bangunkan Dito. Kasihan dia 15 menit lagi (waktu Indonesia setempat: WIS) akan melangsungkan Ujian Tengah Semester—UTS. Dia sama sekali belum belajar. Terlebih semalaman dia malah kelayapan. Badannya masih teramat capek. Baru pulang dari acara rutinan kampus hingga jam tiga subuh. Parahnya lagi, hari ini, dia akan menghadapi ujian mata kuliah dari musuh bebuyutannya “Kopral Junet” yang terkenal killer tapi clever itu. Jika sampai Dito telat, wah, bisa-bisa dia takboleh mengikuti UTS. Alhasil, pahitnya dia bakalan terpaksa mengulang mata kuliah tersebut tahun depan. Menyaingi Christian Ronaldo, Wayne Rooney, Gonzalo Higuain, Fernando Torres, Mesut Ozil, dan Lionel Messi: Hattrick.
     Akan tetapi, lihatlah, sumpah enak betul anak itu tidur. Baru kali ini Dito tidur seperti berlibur di pantai. Seseorang berteriak di luar kamarnya. Dito masih belum bangun juga. Siapa orang tidak berkepri-Dito-an yang tega mengganggu liburan musim panasnya di Pantai Sanur itu? Sungguh disayangkan di negeri yang berakhlak ini jika masih ada yang bermoral seperti itu. Wow dahsyat. Dito teperanjat mengejutkan. Ia langsung bangkit dalam satu hitungan Kopassus. Walau matanya masih terpejam. Tertutup oleh poni rambut unik Karen O-nya. Sungguh bepengaruh edan nama Kopral Junet di ingatannya. Begitu nama itu diempaskan, Dito yang tertidur pulas saja langsung bangkit sebagaimana prajurit yang dibangunkan.
     Namun, seseorang tersebut yang ternyata sahabat senasib dan sepenanggungannya, Farid, sudah beranjak meninggalkannya terburu-buru. Dia terbirit-birit menjauhi kamar Dito. Permohonan sahabatnya pun sepertinya taksempat ia dengar. Meninggalkan ruangan sumpek nan kotor di salah satu pondokan mahasiswa itu. Hah ruangan?! Lho bukannya tadi cantai?? Dito berteriak murka. Ternyata dia baru sadar kalau dirinya sedang berada di bak kamar mandi kostannya. Yang hanya beberapa meter dari kamarnya Sesungguhnya dia sekarang, justru berada di kamar mandi umum Pondok Prokem tempatnya mengekost. Di saluran airnya juga banyak puntung rokoknya. Dindingnya pun berkarat dan bercak-cak tidak jelas warna aslinya. Tapi untungnya air di sana selalu bersih dan lancar. Ya, karena langsung diambil dari kejernihan mata air Gunung Manglayang, yang tepatnya persis di belakang lokasi kampus Dito dan Farid kuliah: Universitas Jatinangor Oxpord (UJO). Cerita mengenai salah satu kampus bertaraf internasional ternama di Indonesia itu, nantikanlah kisahnya di lembaran-lembaran berikutnya halaman buku ini. Sabar ya!? Tuhan mencintai dan mendengar semua doa orang-orang yang sabar. Termasuk doa Anda. Berbaik-sangkalah kepada-Nya. Aamiin.
“Sialan... siapa yang ngerjain Gua?” gumamnya penuh kekesalan dan dendam.
     Sang Dito keluar dari kamar mandi itu dengan basah kuyup. Dengan garang pula dia menghentakkan sadis pintunya yang hampir ujur tersebut. Kemudian dengan penuh letupan emosi ia mengutuk ruang penderitaan nista yang telah memermalukan pagi harinya. Dipandanginya pula pohon kates (pepaya) yang berbuahnya pelit—kecil dan sedikit. Selanjutnya pohon rambutan tua yang berbuahnya setiap lima tahun sekali, mengikuti musim  pemilihan presiden katanya. Sikap mereka inilah yang akhirnya menjadi bagian ladang pekerjaan Mang Koko. Dialah sang penjaga dan petugas kebersihan Pondok Prokem yang amat konsisten memegang prinsip hidupnya: “Demi kesejahteraan keluarga kami rela menjadi tukang bersih-bersih. Bahwasanya kebersihan hati diawali oleh kebersihan lingkungannya. Jika hati bersih, insyaAllah tidak berani korupsi.”
     Dito pun mengetok dua puluh satu pintu kamar yang ada di Pondok Prokem, termasuk kamarnya sendiri. Tapi di sana benar-benar takada siapa-siapa. Di depan pintu kamar mereka hampir rata-rata memberikan tanda ‘Berangkat Kuliah’. Dan terakhir Dito membaca satu tanda di pintu kamar Farid. Terlihat mencolok sekali tulisan yang ditulis rapi pada memo-book yang tertempel di sana. Seperti inilah bunyinya:
“Eh Busuk! Sempet-sempetnya Lu baca-baca di depan kamar Gua. Eh, buruan ganti baju, rapikan muka, terus berangkat ke kampus!! UTS monyong…!!”
“OH, IYA!!”
     Kontan Dito terperangah—terperanjat kaget, tapi hanya ekspresi mulutnya saja yang menganga dan akan sulit tertutupnya. Dito pun langsung beranjak ke kamarnya. Tidak lupa dengan ciri khas hidupnya. Menggaruk-garuk poni rambutnya yang menutupi sepasang bola matanya yang lucu seperti mata ikan buntel. Masih tetap dengan posisi mulut menganganya.
     Setelah mengganti baju dengan seragam kuliahnya.. Menurutnya, ikut UTS takmusti rapi, itu takmenjamin nilainya bakal bagus, apalagi jadi jaminan masuk surga.
     Lantas Dito langsung keluar dari sarangnya. Mengunci pintu kamarnya seperti yang tengah dikejar hantu. Diengkol dengan kasar sepeda motor bebek tahun ‘80-annya. Setelah menyala, berangkatlah ia ke kampus UJO dalam meninggalkan kondisi kamar yang acak-kadut. Bak Titanic yang pecah dihantam karang es. Ah, bodo, yang penting Gua bisa UTS.
     “Pak Kopral! Mahasiswa teladanmu sudah siap berangkat dan siap pula menunjukkan kepadamu bahwa saya bisa lulus ujian UTS-mu dengan baik dan benar. Aamiiiiiiiiiiinnn...”
Lima menit kemudian. Tapi. Perasaan ada yang ganjil deh. Semua ruangan dikunci dengan amat rapi.
KRIKK. Krikkk. Krikkkkk...
     Beberapa menit kemudian. Setelah Dito mengulangi kata-kata itu lebih dari lima belas kali, dan dengan irama yang semakin bertambah hitungan semakin meninggi suaranya.  
“WOY!! SIAPA ITU TERIAK-TERIAK .…”
     “Ditinggalkannya kampus dengan penuh duka dan lara. Mendorong penuh was-was bekzul-nya—bebek zadul: sepeda motor bersejarah kesayangannya—bagai maling yang hampir saja kepergok Pak Ustadz. Sementara itu, manusia yang membalas teriakannya, yang adalah ternyata komandan satpam Sospol UJO berdiri ganteng di depan pintu utama gedung Dekanat. Kedua matanya begitu liar.
Dari kejauhan, dia terlihat hanya memakai sarung cap Gajah Push Up, yang gulungan penguatnya berada di atas udel bodongnya. Sedangkan atasannya memakai lekbong hitam bertuliskan ‘AYU TING-TING’. Lucunya lagi, di tangan kanannya masih membawa bantal guling yang sudah tidak jelas warna dan auranya. Mukanya pun begitu kusut, tapi seram.
     Oh, maklum, dia baru mulai tidur selepas subuh tadi. Semalaman ia bertugas menjadi kepala keamanan di acara pentas seni anak-anak REMISI—Republik Musik Indie Sospol UJO yang didirikan oleh seniornya Dito, Tomson dan Ed—yang diadakan di panggung teater Sospol UJO. Dan beliau sekarang merasa terganggu sekali. Baru saja akan mau bermimpi berlibur di pantai, dan menikmati tiduran di pasir putih yang di depannya terlihat pemandangan laut yang tiada ujungnya.  Sayang disayang, semua itu digagalkan sepenuhnya oleh sekonyong-konyong putra gilanya Pak Slamet yang zadul (zaman dulu) itu. Sungguh tidak ada prike-satpam-an dia!
     Buku ini menceritakan tentang kehidupan mahasiswa yang mempunyai sifat berbeda beda dari yang rajin, suka bersih bersih, sampai , mahasiswa yang tidak disiplin. Buku ini sangat lucu dan humoris.
Bahasa yang digunakan dalam buku ini kurang baik maksudnya tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang benar.

Penulis : Nadya A. 
Kelas / absen : XIIA6 / 09
PELAJAR SMA AL HIMAH SURABAYA

Comments

Popular posts from this blog

RESENSI BUKU "RINDU PURNAMA"/ Rahma (12)

RESENSI RINDU PURNAMA Judul: Rindu Purnama Pengarang: Tasaro G.K.   Penerbit: Penerbit Bentang Tebal buku: 343 halaman Tahun: Januari 2011 Kota: Yogyakarta ISBN: 978-602-8811-19-4            Bagi Sarah, rumah singgah itu adalah matahari baru. Cintanya kepada anak-anak jalanan asuhannya membuat tubuh sekaratnya lebih kuat. Namun, betapa hancur hati perempuan lembut itu tatkala Rindu menghilang. Rindu bukan sekedar anak jalanan biasa. Anak itu adalah penghubungnya dengan masa lalu yang mendorongnya terus bertahan hidup.             Rumah singgah, tangis di pagi hari.             Akbar tak mau diam. Tangisnya susul-menyusul. Tidak juga berhenti. Melengking tak keruan. Inguisnya keluar masuk seperti kemarin-kemarin. Sarah duduk di sampingnya sembari mengelus kepala mungil balita gundul itu.          ...

Haji Backpacker - Tirta Nirmaya 19

 Resensi Novel Haji Backpacker     Judul : Haji Backpacker    Penulis Buku : Aguk Irawan    Penerbit Buku : Edelweiss    Tahun Terbit : Desember, 2009      Halaman : 314 Halaman    ISBN : 17215316    Bahasa : Indonesia       Masa lalu yang menyakitkan telah membangkitkan kemarahan terbesar dalam diri Mada. Dia hanya bisa menyalahkan semua orang ,termasuk bapak dan kakak kandungnya sendiri ,dan yang paling fatal adalah dia telah menyalahkan tuhan atas hilangnya setiap orang yang dia sayang dalam hidupnya. Atas dasar marah dan bencinya Mada terhadap tuhan ,Mada memilih meninggalkan rumah dan rasa kepercayaannya terhadap tuhan ,dengan harapan bisa melupakan masa lalu dan menghapus rasa sakit serta kecewa dalam hatinya. Mada melakukan perjalanan panjang dengan memanfaatkan sedikit uang yang ia punya. Mada mengawali perjalanan panjang...

Resensi Buku "Si Anak Spesial" /Naura Alya Hirmadiani (11)

Judul buku             : Si Anak Spesial Nama Penulis       : Tere Liye Penerbit Buku     : Republika Penerbit Kav.Polri Blok i No.65 Jagakarsa Jakarta Tahun Terbit        : Cetakan 1, Desember 2018 Tebal Halaman    : 333 halaman ISBN                        : 9786025734441 Burlian, anak ketiga dari Mamak dan Bapak. Kakaknya bernama Amelia, adiknya Eliana dan Pukat. Cerita diawali dengan penjelasan Mamak tentang kelahiran Burlian. Sejak kecil Mamak dan bapak selalu berkata, “Kau Anak Spesial, Burlian.” Hal itu merupakan cara Mamak dan Bapak untuk menumbuhkan percaya diri, keyakinan, pegangan dalam diri Burlian. Burlian anak yang nakal, sering membantah, suka mengganggu adiknya yaitu Amel, tetapi sebenarnya dia anak yang baik. Dia anak ya...